Transisi Energi, IESR Ramal Permintaan Batu Bara Turun 10% usai 2030

Nadya Zahira
5 September 2023, 12:49
batu bara, transisi energi
ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/nym.
Foto udara kapal tongkang bermuatan batu bara terdampar di muara Sungai Batanghari yang sudah mengalami pendangkalan di Kampung Laut, Tanjung Jabung Timur, Jambi, Selasa (1/8/2023).

Institute for Essential Services Reform (IESR) memprediksi permintaan batu bara di Indonesia akan turun sekitar 10% setelah 2030. Hal tersebut karena adanya tren transisi energi menuju energi terbarukan dan komitmen Perjanjian Paris untuk mencegah kenaikan suhu di bawah 1.5 derajat celcius.

“Pemerintah sudah berencana pensiun dini PLTU batu bara yang otomatis sudah pasti dari segi demand batu bara itu akan turun. Negara lain juga sudah mencanangkan net zero emission, jadi demand batu bara akan turun,” kata Ketua Akademi Transisi Energi, IESR Irwan Sariffudin dalam Wokshop Jelajah Energi Kaltim, Selasa (5/9).

Irwan mengatakan untuk membangun transisi energi yang berkeadilan, pemerintah daerah tidak boleh hanya memperhatikan nasib pekerja di pertambangan batu bara atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) saja, melainkan juga harus memperhatikan para pekerja di daerah-daerah penunjangnya.

“Mereka nanti ganti kerjanya jadi apa nih? Kita harus mensiapkan mereka agar mereka tidak tertinggal bisa dibilang begitu untuk tansisi energi berkeadilan,” kata dia.

Dia menyebutkan, pada tahun 2022, Indonesia memproduksi sekitar 360,80 juta ton batu bara atau 75-80% untuk ekspor, dan sisanya digunakan untuk kebutuhan di dalam negeri khususnya untuk pembangkit listrik.

“Jadi ini memang harus kita ketahui, dengan kebijakan transisi energi yang telah ditetapkan, maka bisa kita lihat atau kita antisipasi dalam jangka yang tidak lama lagi permintaan batu bara domestik kemungkinan akan turun,” kata dia.

Irwan menyebutkan, Indonesia memiliki cadangan batubara sebesar 33,70 miliar ton yang tersebar di beberapa provinsi seperti Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan di beberapa daerah lainnya.

Namun demikian, daerah-daerah tersebut tidak hanya mendapatkan keuntungan yang dihasilkan oleh sektor industri batubara, tetapi juga merasa kerugian yang ditimbulkan olehnya.

“Kami telah melakukan Studi Redefining Future Jobs pada tahun 2022 dan menunjukkan keuntungan yang didapatkan oleh daerah penghasil batu bara, tidak sebanding dengan kerugian yang dirasakan masyarakat yang berada di daerah itu,” kata Irwan.

Halaman:
Reporter: Nadya Zahira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...